Komputer bicara atau talking computer adalah seperangkat komputer PC atau laptop yang dilengkapi dengan program pembaca layar atau screen reader. Komputer bicara akan memberikan keluaran suara bagi tunanetra yang menjadi penggunanya, sehingga tunanetra cukup mendengarkan dan bekerja pada komputer sesuai dengan petunjuk suara yang ada saat mereka menekan tombol-tombol pada keyboard komputer PC atau laptop.
Dengan bantuan program pembaca layar tersebut seorang tunanetra dapat mengakses sebagian besar dari operating sistem yang terdapat pada komputer. Mereka dapat menggunakan komputer sama seperti orang-orang pada umumnya. Hanya terdapat perbedaan saat menggunakannya, jika orang-orang pada umumnya menggunakan indera pengelihatan dalam menggunakan komputer, tunanetra dengan komputer bicara menggunakan indera pendengaran dalam pengoperasiaannya.
Sama halnya dengan orang-orang kebanyakan pada era modern sekarang ini yang menggunakan komputer sebagai salah satu kebutuhan utama dalam belajar maupun bekerja, para tunanetrapun juga perlu menjadikan komputer bicara sebagai salah satu kebutuhan mendasar dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat Kegunaan dan manfaat yang akan langsung dapat dirasakan oleh para tunanetra baik saat mereka sedang bersekolah atau bekerja, komputer bicara dirasa perlu untuk terus dipelajari dan didalami oleh seluruh tunanetra.
Seperti yang dialami oleh Rofinus, seorang tunanetra asal Flores Nusa Tenggara Timur yang tinggal di kota Malang ini selalu aktif dalam mengikuti pelatihan komputer bicara yang diadakan oleh Adi Gunawan Institute. Keinginannya yang kuat untuk dapat menguasai komputer bicara mendorong Rofinus untuk mengikuti kursus komputer bicara yang diadakan secara rutin. Ia mengatakan bahwa dengan komputer bicara ia dapat bekerja dan mengetahui banyak hal secara mandiri. Rofinus dapat mengetik dokumen atau catatan penting, membuat perhitungan keuangan, serta berselancar di internet untuk sekedar membaca berita atau mencari informasi penting lainnya.
Begitu juga yang tengah dialami oleh Jeremi, seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di sebuah universitas swasta di kota Malang ini tengah mempelajari program pembaca buku cetak di Adi Gunawan Institute untuk menunjang proses perkuliahannya. Sebagai mahasiswa yang dituntut mandiri dalam mengerjakan semua tugas-tugas yang diperlukan, Jeremi bertekat untuk dapat membaca buku-buku cetak sendiri tanpa meminta banyak bantuan orang awas. Ia merasakan manfaat yang luar biasa dengan adanya komputer bicara dan program pembaca buku yang dapat ia pergunakan secara mandiri dalam proses belajar sebagai seorang mahasiswa tunanetra.
Pendiri Adi Gunawan Institute, Adi Gunawan yang juga seorang tunanetra mengatakan bahwa Komputer bicara adalah sebuah teknologi refolusioner yang dapat dipergunakan semaksimal mungkin oleh tunanetra sebagai pengganti indera pengelihatan. Ia telah merasakan berbagai manfaat yang luar biasa dari komputer bicara yang selalu menemaninya dalam bekerja setiap hari. Sarjana pendidikan ini nampak membawa laptop kesayangannya ini saat berjumpa dengan para kliennya dalam berbagai pertemuan kerja, baik di kota Malang hingga ke luar negeri beberapa waktu yang lalu. Adi Gunawan juga menggunakan komputer bicara sebagai sarana dalam kegiatannya sebagai instruktur musik dan vokal. Ia mampu mengajar murid-muridnya mulai dari anak-anak hingga dewasa tanpa hambatan yang berarti. Bahkan jasa yang ia promosikan juga lewat internet ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat di kota Malang.
Dengan demikian menjadi penting bagi seorang tunanetra untuk dapat mempelajari dan menguasai komputer bicara sebagai salah satu sarana penunjang seluruh aktifitas sehari-hari. Dengan keterampilan menggunakan komputer maka akan semakin terbuka lebar kesempatan bagi tunanetra untuk dapat berkarya dan bekerja di berbagai bidang usaha serta dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya.
Dukungan serta dorongan perlu diberikan dari berbagai pihak. Baik dari pemerintah, dunia pendidikan, hingga dunia kerja dalam rangka pemberdayaan para tunanetra untuk dapat menggunakan komputer bicara sebagai sarana penunjang aksesibilitas dalam kehidupan sehari-hari.