Batik Netra, Hasil Karya Kelompok Kerja Tunanetra Di Adi Gunawan Institute
Setiap orang pada dasarnya akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Mereka akan melakukan segala hal yang dapat mendatangkan keuntungan atau penghasilan, yang dapat dipergunakan untuk membeli bahan pangan serta barang-barang kebutuhan yang lainnya. Singkatnya, manusia akan berusaha untuk dapat bekerja atau berkarya, agar dapat memiliki kehidupan yang sejahtera dan tercukupi.
Sama halnya dengan kehidupan para tunanetra. Mereka juga sama seperti orang-orang pada umumnya yang memiliki kebutuhan hidup serta keinginan untuk memiliki taraf kehidupan yang lebih baik. Untuk itu, para tunanetrapun juga terus berusaha untuk dapat berkarya dan melakukan pekerjaan yang dapat memberi manfaat bagi orang lain sekaligus dapat mendatangkan pemasukan. Sebagian besar pekerjaan yang digeluti oleh para tunanetra adalah sebagai juru pijat atau terapis. Maka tak jarang jika melihat tunanetra yang terlintas di benak sebagian masyarakat adalah pemijat, walaupun ada juga tunanetra yang berprofesi sebagai musisi, instruktur atau guru, bahkan karyawan dan wiraswastawan.
Namun demikian, pekerjaan yang digeluti oleh para tunanetra yang telah dijelaskan di atas tidaklah selalu berjalan mulus. Terhitung sejak Covid-19 mereabak di Malang sekitar bulan Maret 2020, praktis pekerjaan mereka yang sebagian besar di bidang jasa ini lumpuh total. Hampir semua panti pijat dan klinik yang mempekerjakan mereka di tutup karena adanya pembatasan sosial atau social distancing. Acara atau event musik di mana musisi tunanetra yang biasanya dapat tampil juga ditiadakan. Kegiatan belajar dan mengajar yang tadinya dapat melibatkan instruktur tunanetra juga tidak dapat lagi diselenggarakan seperti biasanya. Hal ini menyebabkan para tunanetra yang bekerja di sektor jasa tersebut tidak lagi memperoleh penghasilan atau kehilangan mata pencarian mereka.
Merasa prihatin dengan kondisi yang dialami para tunanetra yang tidak dapat bekerja atau memperoleh penghasilan, team dari Adi Gunawan Institute berusaha untuk merancang dan membuat suatu karya yang nantinya dapat melibatkan para tunanetra di dalam proses pengerjaannya. Setelah berdiskusi dan melakukan pengamatan, pada akhirnya team Adi Gunawan Institute berhasil membuat sebuah produk yang diberi nama Batik Netra. Batik Netra adalah seni kerajinan kain dengan jenis batik Jumputan dan kain Shibori, yang dalam pengerjaannya telah dirancang sedemikian rupa agar dapat melibatkan para tunanetra.
Dalam memproduksi Batik Netra, dibentuklah sebuah kelompok kerja yang terdiri dari tunanetra total dan tunanetra low vision atau memiliki sedikit daya pengelihatan. Mereka diberikan tugas-tugas di antaranya melipat kain dan memberikan ikatan-ikatan, terlibat dalam proses pewarnaan kain, hingga mencuci dan menjemur kain batik yang telah jadi.
Setelah Batik Netra selesai diproduksi dan siap untuk dipasarkan, Adi Gunawan Institute bekerjasama dengan para partner dan mitra Adi Gunawan Institute untuk dapat membantu dalam mempromosikan serta memasarkan hasil karya para tunanetra yang tergabung di dalam kelompok kerja membatik ini. Pada bulan Juni 2020, Batik Netra resmi diluncurkan dan mendapatkan respon positif dari banyak pihak. Hingga bulan Juli, Batik Netra telah terjual sebanyak 44 lembar dan mendapatkan omset sekitar Empat Juta Rupiah.
Adi Gunawan, direktur Adi Gunawan Institute mengatakan bahwa diluncurkannya Batik Netra ini adalah upaya Adi Gunawan Institute untuk dapat membantu memberikan kesempatan kerja baru bagi para tunanetra yang tidak dapat bekerja dikarenakan terdapat pandemi Covid-19. “Kita sangat prihatin dengan kondisi sekarang ini ya. Sebagian besar teman-temant tunanetra di Malang Raya ini tidak lagi dapat bekerja. Mereka tidak bisa memijat atau bermain musik lagi. Jika dipaksakan untuk memijat juga berbahaya kan, bisa saja mereka tertular atau menularkan Covid karena memijat kan bersentuhan fisik ya, oleh karena itu kita membuat Batik Netra ini dan mengajak teman-teman tunanetra terlibat di dalamnya, mereka bisa ikut bekerja membuat Batik Netra di Adi Gunawan Institute” Terang Adi.
Koordinator kelompok kerja membatik ini juga mengatakan bahwa selain memberikan kesempatan kerja kepada para tunanetra yang terdampak Covid-19, diluncurkannya Batik Netra ini juga adalah upaya Adi Gunawan Institute untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta karya baru yang dapat digeluti oleh para tunanetra. “Ya, selama inikan tunanetra itu bekerjanya diseputaran dunia massage atau musik saja. Ada juga beberapa yang menjadi instruktur atau guru. Tetapi jarang sekali yang dapat bekerja di bidang produksi atau perdagangan. Nah, kami ingin mencoba membuat terobosan di mana kita membentuk kelompok kerja tunanetra yang dapat menghasilkan kain batik dan Shibori.”
Adi Gunawan juga mengatakan bahwa nama Batik Netra untuk menyebut hasil karya seni kain batik ini adalah ciri kas tersendiri dan juga sekaligus sebagai upaya sosialisasi dan edukasi bahwa pekerjaan para tunanetra tidak hanya terbatas di bidang-bidang tertentu seperti massage dan musik. “Karena yang bekerja membuat batik ini adalah para tunanetra maka kami beri nama hasil karya teman-teman ini adalah Batik Netra. Hal ini juga adalah salah satu sarana untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas, bahwa tunanetrapun mampu membuat kain batik dan Shibori.” Terang Adi.
Adi Gunawan juga berharap agar semakin banyak masyarakat yang dapat membeli dan turut mendukung Batik Netra. Menurutnya, jika semakin banyak masyarakat yang dapat membantu mempopulerkan Batik Netra ini akan juga mendorong produktifitas para tunanetra yang tergabung di dalam kelompok kerja membatik di Adi Gunawan Institute menjadi lebih tinggi dan lebih inofatif.
Untuk mengetahui foto-foto Batik Netra yang telah terjual dan sedang dipasarkan saat ini dapat dilihat di :
Berikut ini adalah tayangan video cuplikan produksi Batik Netra dan beberapa contoh batik yang telah terjual periode bulan-Juli 2020.
Artikel diproduksi oleh team redaksi Adi Gunawan Institute.