• Menjadi tunanetra bukan akhir dari segalanya

Prakata

Tunanetra adalah sebuah kondisi dimana seseorang mengalami hambatan dalam indera penglihatannya, sehingga mengalami kendala dalam mendeteksi benda-benda di lingkungan sekitarnya secara visual.

Secara umum, tunanetra terbagi menjadi dua bagian besar. Yaitu tunanetra total, atau tidak dapat melihat sama sekali “Totally Blind.” Lowvision, atau masih dapat melihat dan memiliki respon terhadap cahaya “blind with light perception.”

Dalam beberapa kasus tertentu, kondisi tunanetra juga disertai dengan kondisi disabilitas lain seperti tunanetra dan mental, tunanetra dan daksa, tunanetra dan wicara, serta tunanetra dan tuli. Kondisi khusus semacam ini dinamakan disabilitas ganda atau mengalami hambatan penglihatan dan hambatan pada indera atau bagian tubuh lainnya.

Secara garis waktu, tunanetra terbagi atas tunanetra pra-kelahiran dan pasca kelahiran. Tunanetra pra-kelahiran adalah hambatan penglihatan yang dialami seseorang sejak di dalam kandungan atau faktor-faktor lain selama proses persalinan. Sedangkan tunanetra pasca-kelahiran adalah hambatan penglihatan yang dialami seseorang setelah proses persalinan, seperti pada saat anak-anak dan pada usia dewasa.

Seseorang dapat menjadi tunanetra disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti kelainan genetika, penyakit yang dialami ibu saat mengandung, permasalahan kesehatan yang terjadi saat proses persalinan, permasalahan pada organ-organ mata seperti retina dan kornea saat dalam usia anak-anak, dan juga mengalami suatu penyakit mata atau mengalami kecelakaan yang menyebabkan kerusakan mata permanen pada usia dewasa.

Menjadi seseorang yang memiliki hambatan penglihatan atau tunanetra tidaklah mudah. Para tunanetra pra-kelahiran pada umumnya mengalami kendala dalam berinteraksi dengan dunia luar yang tak pernah mereka ketahui bentuk dan wujudnya secara visual. Proses pemahaman pikiran dan adaptasi bagi mereka akan terasa sangat berat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Hal ini terjadi karena tidak berfungsinya indera penglihatan sebagai faktor utama dalam proses belajar, menganalisa, serta beradaptasi dengan berbagai kondisi dan perubahan. Pendampingan dan pendidikan tunanetra perlu diberikan sedini mungkin agar saat mereka dewasa dapat memahami dan mengerti kondisi dunia di sekitar mereka dan dapat menyesuaikan diri dengan orang non-tunanetra.

Para tunanetra pasca kelahiran juga mengalami permasalahan yang tidak kalah berat dengan yang dialami oleh para tunanetra pra-kelahiran. Kondisi hambatan penglihatan yang mereka alami sebagian besar terjadi pada saat mereka menginjak usia muda atau dewasa. Para tunanetra pasca kelahiran akan mengalami tekanan psikologis yang cukup berat pada saat pertama kali mereka mengalami kondisi tunanetra. Mereka akan mengalami pengalaman yang jauh berbeda dari apa yang mereka alami dan rasakan sebelumnya. Setiap hari mereka akan hidup di dalam kegelapan dan perlu waktu yang cukup panjang untuk dapat beradaptasi dengan kondisi dan situasi tersebut. Dengan pendampingan dan proses rehabilitasi yang tepat, para tunanetra pasca kelahiran akan dapat melewati fase pertama ini dengan baik dan selanjutnya dapat beraktivitas seperti sedia kala.

Pengalaman Penulis

Dalam hal ini, penulis adalah seorang tunanetra lowvision atau memiliki sedikit daya penglihatan atau hanya dapat sedikit merespon cahaya. Kondisi ini penulis alami sejak lahir, dan dapat dikatakan bahwa penulis adalah termasuk ke dalam golongan tunanetra pra-kelahiran. Hambatan yang penulis alami adalah sama persis seperti yang telah dipaparkan pada bagian prakata di atas mengenai tunanetra pra-kelahiran.

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar tidaklah mudah. Keterbatasan informasi secara visual yang penulis alami menjadi faktor penghambat perkembangan koknitif dan kepribadian penulis. Kemampuan adaptif dan interaktif yang penulis miliki cenderung rendah saat pertama kali menjejakkan kaki di luar rumah atau sekedar berinteraksi dengan orang yang baru.

Di tambah lagi dengan minimnya pendidikan serta teknologi bantu saat itu membuat penulis semakin tertinggal dan merasa jauh dari kemajuan dunia modern. Ya, mungkin itu terdengar lucu atau memprihatinkan, namun kondisi demikian juga penulis temui saat menangani beberapa kasus serupa di masyarakat.

Tidak butuh waktu yang lama bagi penulis untuk mulai melakukan perubahan dalam meningkatkan taraf kehidupan. Dengan semangat, kerja keras, serta daya juang yang terus menerus dipupuk dan mendapat dukungan keluarga dan para sahabat, penulis mampu melewati fase kritis tersebut dengan baik. Informasi dan ilmu pengetahuan yang terkait dengan dunia tunanetra berusaha penulis pelajari dan terapkan untuk menunjang segala aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Di tambah lagi dengan adanya teknologi yang aksesibel seperti program pembaca layar atau screen reader yang dapat dipasang pada komputer dan smartphone semakin menambah pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki menjadi semakin berkembang. Penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi dan saat ini tengah mengelola lembaga belajar dan berkarya bagi para tunanetra dan penyandang disabilitas yaitu Adi Gunawan Institute.

Apa yang dapat dilakukan oleh tunanetra?

Sepertinya pertanyaan di atas adalah hal yang pertama kali muncul di benak kita saat membaca tentang banyaknya potensi hambatan dan permasalahan yang muncul dalam kondisi tunanetra. Sungguh tak dapat dibayangkan bukan, betapa beratnya kehidupan yang dijalani oleh para tunanetra, baik tunanetra pra-kelahiran maupun pasca kelahiran.

Dengan hilangnya indera sensorikutama  bagi manusia ini, pasti akan sangat sulit untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti belajar, bepergian ke luar rumah, hingga bekerja. Orang yang kehilangan daya penglihatannya sepertinya tidak akan bisa lagi mengerjakan hal-hal yang tadinya dapat dikerjakan dengan bantuan mata. Kondisi ini adalah sebuah bencana dan dianggap sebagai akhir dari segalanya bagi orang-orang yang baru mengalami kecelakaan atau penyakit yang merenggut daya penglihatan mereka.

Sudut pandang dan pemikiran semacam ini hendaknya tidak lagi ada di dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat beberapa dekade terakhir akan terbuka lebar peluang dan harapan baru bagi para tunanetra untuk terus belajar dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka.

Para ahli dan praktisi pendidikan tunanetra akan terus melakukan penelitian dan berinofasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi tunanetrapada saat usia anak-anak atau dapat juga membantu para tunanetra yang telah dewasa.Mereka akan terus berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan koknitif, adaptif, serta komunikatif yang dimiliki oleh peserta didik mereka yang menjadi tunanetra.

Hal ini juga yang terus dilakukan di Adi Gunawan Institute dalam rangka peningkatan kemampuan dan daya serap siswa dalam belajar, team Adi Gunawan Institute telah berhasil merancang dan menerapkan materi pembelajaran serta pendampingan bagi para tunanetra berbasis teknologi dan informasi. (IT.) Seperti materi orientasi dan mobilitas (OM) yang ditingkatkan dengan bantuan teknologi untuk dapat membantu meningkatkan kemampuan tunanetra dalam menganalisa lingkungan dan ber-mobilitas jauh lebih mandiri dan aman. Ada juga metode belajar huruf Braille yang dikembangkan sedemikian rupa untuk membantu para tunanetra anak-anak atau yang baru mempelajari huruf Braille agar lebih mudah dan lebih cepat dalam menguasainya.

Teknologi yang dapat dipergunakan oleh para tunanetra untuk menunjang berbagai kebutuhan mereka saat ini juga terus dikembangkan. Sebut saja teknologi screen reader yang telah penulis terangkan di atas, kini telah semakin canggih dan mampu mengakomodasi sebagian besar kebutuhan mereka sehari-hari melalui ponsel dan komputer mereka. Di antaranya seperti tulis-menulis, berselancar di internet, bepergian menggunakan transportasi online, hingga bertransaksi e-commerce secara mandiri.

Para tunanetra pasca kelahiran yang ditangani di Adi Gunawan Institute juga telah merasakan kemajuan teknologi yang aksesibel tersebut. Sebut saja S. Seorang wiraswastawan lulusan luar negeri yang mengalami suatu kecelakaan tragis yang menyebabkan kerusakan pada retina matanya tersebut, saat ini tengah mempersiapkan diri untuk kembali menekuni profesi lamanya di bidang IT dan komputer dengan menggunakan screen reader dan teknologi akses lainnya. Seorang tunanetra yang lain yaitu F, juga telah mampu beradaptasi dengan kondisi tunanetra yang ia alami saat ini. Seorang karyawati perusahaan swasta yang terkena Retinitis Picmentosa tersebut menggunakan smartphone yang dilengkapi dengan screen reader untuk beraktifitas dan bekerja sehari-hari dengan baik.

Dengan segala kemajuan dalam bidang pendidikan tunanetra dan juga terobosan di bidang teknologi akses yang telah penulis paparkan di atas telah membuktikan bahwa usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan tunanetra telah memperoleh titik terang. Selanjutnya akan terbuka lebar peluang bagi para tunanetra untuk mengembangkan diri mereka dan meningkatkan potensi yang dimiliki untuk dapat berkarya dan dapat memberi manfaat yang positif bagi masyarakat dan lingkungan mereka.

Para tunanetra yang berhasil menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang aksesibel akan mambu bekerja di bidang yang sama seperti orang-orang pada umumnya, seperti penulis buku atau media online, penyiar radio atau MC, musisi atau vokalis, karyawan perusahaan atau jual beli online, dan lain sebagainya.

Penutup

Menjadi tunanetra bukanlah akhir dari segalanya. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu membantu para tunanetra untuk jauh lebih mandiri dan berdaya. Persoalan terkait dengan hambatan penglihatan saat ini telah dapat diatasi dengan baik Dengan semangat, kerja keras, serta dukungan dari banyak pihak, akan dapat mewujudkan taraf kehidupan para tunanetra yang lebih mandiri dan dapat memberikan dampak yang positif bagi masyarakat di sekitar mereka.

Penulis :
Screenshot_3
Adi Gunawan
Direktur Adi Gunawan Institute

Mari bergabung bersama Adi Gunawan Institute untuk mengadakan banyak kegiatan yang positif dan edukatif bagi para penyandang disabilitas.

Jadilah mitra kami untuk mengadakan kelas komputer bicara bagi tunanetra, pelatihan ponsel bicara, pentas seni dan vokal, pelatihan handicraft, serta kegiatan-kegiatan positif lainnya bagi para penyandang disabilitas.

INFO LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI DI :

Jadilah salah satu donatur untuk kegiatan kami bagi para tunanetra.

Untuk berdonasi silahkan kunjungi :

Bersama Adi Gunawan Institute, kita wujudkan kehidupan para tunanetra dan penyandang disabilitas yang berkualitas, mandiri, dan inklusif.

Copyright © 2018, Adi Gunawan Institute | Powered by PT Valid Data Solusi