Penampilan teknologi informasi dan komunikasi (tik) yang aksesibel bagi tunanetra di acara hdi kota malang
Pada tanggal 3 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang hampir diperingati oleh seluruh masyarakat dan organisasi difabel di seluruh dunia. Peringatan internasional yang juga didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1992 ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan dan kesadaran masyarakat tentang penyandang disabilitas dan persoalan-persoalan yang terkait dengan kedisabilitasan. Selain itu peringatan Hari Disabilitas Internasional juga dimaknai sebagai usaha untuk mendukung peningkatan martabat, hak, dan kesejahteraan para penyandang disabilitas di seluruh dunia.
Peringatan HDI ini juga diadakan hampir di setiap kota di Indonesia, tak terkecuali kota Malang, Jawa Timur. Di kota Malang sendiri acara perayaan Hari Disabilitas Internasional diadakan pada hari Minggu 9 Desember tahun 2018 di Taman Krida Budaya Malang. Acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Lingkarsosial, Soul Of The Song, dan lintas organisasi penyandang disabilitas di Malang raya ini sukses diadakan dengan mengusung tema Pentas seni dan apresiasi karya difabel. Event dengan sumber dana swadaya masyarakat ini menyajikan berbagai pertunjukan karya-karya dari para penyandang disabilitas, seperti bernyanyi, menaari, membaca puisi, dan sebagainya.
“Dari kanan Zulfajrin, Adi Gunawan, Suranto dan Rofinus.”
Pada acara tersebut, Adi Gunawan Institute juga diberikan kesempatan untuk menampilkan karya yang dimiliki. Sebagai lembaga belajar yang menyediakan kesempatan belajar dan berkarya bagi tunanetra, Adi Gunawan Institute menampilkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang aksesibel bagi tunanetra. Tim dari Adi Gunawan Institute yang terdiri dari empat orang tunanetra mendemonstrasikan segala macam peralatan elektronik yang dapat dipergunakan oleh tunanetra untuk menunjang seluruh kegiatan mereka sehari-hari.
Tim yang beranggotakan Adi Gunawan, Suranto, Zulfajrin, dan Rofinus ini Memperagakan cara menggunakan ponsel bicara yang dapat dipergunakan sendiri oleh tunanetra untuk berkomunikasi dengan bantuan keluaran suara dari talking smartphone tersebut. Adi Gunawan yang juga pendiri sekaligus ketua Adi Gunawan Institute bertugas menjelaskan secara terperinci kepada MC dan para penonton seluruh aktifitas tim tunanetra yang sedang mendemonstrasikan cara menggunakan ponsel bicara di atas panggung. Adi Gunawan mengatakan bahwa dengan bantuan ponsel bicara, saat ini tunanetra telah mampu berkomunikasi secara mandiri dengan orang lain tanpa kendala yang berarti. Mereka dapat menelpon, mengirim SMS, atau berkomunikasi melalui aplikasi chat online atau medsos. Sembari Adi Gunawan tengah memberi penjelasan kepada penonton, Rofinus dan Suranto tengah menggunakan ponsel bicara dan saling berkomunikasi menggunakan aplikasi chat. MC yang juga ada di atas panggung juga dapat melihat tulisan apa yang tertera pada layar ponsel mereka.
Adi Gunawan juga menjelaskan bahwa saat ini terdapat aplikasi penunjang aksesibilitas dan mobilitas bagi tunanetra. Seperti aplikasi pendeskripsi lokasi, aplikasi pendeskripsi gambar, aplikasi pembaca uang. Ia mengatakan bahwa saat ini tunanetra dapat mengetahui nama jalan atau lokasi di manapun mereka berada. Tunanetra juga dapat mengetahui benda-benda apa saja yang berada di sekitar mereka. Bahkan tunanetra dapat mengetahui nominal uang sendiri. Semua aplikasi tersebut dapat langsung dipergunakan oleh tunanetra melalui ponsel bicara yang mereka miliki.
Setelah itu tim Adi Gunawan Institute mendemonstrasikan komputer bicara yang juga dapat dipergunakan secara mandiri oleh tunanetra. Adi Gunawan menjelaskan tentang komputer bicara yaitu seperangkat komputer atau laptop yang dilengkapi screen reader atau program pembaca layar yang akan memberikan keluaran suara saat komputer bicara tersebut dipergunakan. Zulfajrin, salah satu tunanetra anggota tim langsung mendemonstrasikan mengetik sebuah dokumen di laptopnya. Adi Gunawan menambahkan bahwa dengan komputer bicara saat ini tunanetra dapat mengetik sebuah dokumen sendiri, membuat karya tulis, hingga berselancar di internet untuk mencari informasi yang bermanfaat atau mempromosikan karyanya.
Pada akhir penampilan TIK tersebut, Adi Gunawan mendemonstrasikan cara membaca sebuah buku cetak dengan menggunakan komputer bicara. Ia mengatakan bahwa dengan menambahkan sebuah scanner pada komputer bicara dan program pembaca buku tunanetra dapat membaca isi dari buku cetak yang telah di-scan. Sembari Adi Gunawan men-scan salah satu halaman dalam buku tersebut, MC turut memperhatikan dan membaca teks yang muncul di layar laptop yang ada. Mereka mengatakan bahwa tulisan yang tertera adalah sama persis dengan apa yang ada di dalam buku cetak tersebut.
Adi Gunawan menambahkan dengan komputer bicara dan seluruh perlengkapannya, tunanetra saat ini dapat membaca berapapun jumlah buku cetak yang ingin dibaca. Tunanetra tidak lagi kesulitan untuk sekedar membaca atau belajar karena saat ini sarana yang dibutuhkan sudah tersedia.
Penampilan TIK yang aksesibel bagi tunanetra tersebut mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari MC acara dan para penonton. Mereka mengatakan bahwa dengan adanya teknologi yang aksesibel tersebut akan makin besar peluang dan kesempatan yang akan didapatkan oleh para tunanetra untuk belajar serta mengembangkan potensi yang dimiliki, sehingga di masa yang akan datang para tunanetra dapat berkarya di berbagai bidang. Mereka juga berharap akan semakin banyak event yang dapat memberikan kesempatan bagi tunanetra untuk menunjukkan kemampuan mereka, terutama dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang aksesibel bagi tunanetra. Agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan turut mendukung kemajuan yang telah diraih oleh para tunanetra
Berikut video kegiatan Adi Gunawan Institute pada Hari Disabilitas Internasional