Tunanetra bisa!

Tunanetra adalah sebuah istilah yang diberikan kepada orang yang memiliki hambatan dalam indera pengelihatannya. Tunanetra adalah sebuah kondisi di mana tidak berfungsinya indera pengelihatan atau mata sebagaimana  semestinya. Secara umum tunanetra terbagi atas dua bagian. Yaitu tunanetra total atau totaly blind, dan yang masih memiliki sisa daya pengelihatan atau low vision. Penyebab seseorang menjadi tunanetra bermacam-macam. Ada yang sejak lahir, mengalami suatu penyakit, hingga mengalami kecelakaan.

Dapat dikatakan bahwa indera pengelihatan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Manusia menjalani seluruh aktifitas sehari-hari sebagian besar menggunakan indera pengelihatan seperti belajar di sekolah, bekerja di kantor atau di sebuah proyek, memasak makanan, menata rumah atau toko, dan sebagainya. Tak dapat dibayangkan jika seseorang tiba-tiba saja kehilangan fungsi dari salah satu panca indera yang satu ini. Tetapi hal itu bisa saja terjadi kapanpun dan dapat menimpa siapapun.

Sebagian orang merasa takut saat mengalami ketunanetraan. Seorang yang baru menjadi tunanetra akan merasa segala sesuatunya berbeda dengan kondisi sebelumnya saat mereka masih dapat melihat. Demikian juga yang terjadi pada seseorang yang mengalami ketunanetraan sejak lahir. Mereka akan mengalami hambatan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan mereka karena mereka kehilangan kesempatan untuk menganalisa seluruh kejadian yang ada di sekitar mereka secara visual.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab para tunanetra mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan orang-orang awas atau non tunanetra sehari-hari. Hambatan visual tersebut juga menjadi faktor utama terhambatnya pertumbuhan kemampuan intelektual seorang tunanetra, khususnya sejak lahir, sehingga akan berpengaruh besar terhadap pola pola pikir, kepribadian, hingga tingkah laku mereka yang terkadang dianggap menyimpang oleh orang-orang awas. Hal ini makin diperparah oleh sikap para keluarga tunanetra yang terkesan membiarkan anggota keluarga mereka yang tunanetra karena tidak tahu cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka, atau sekedar merasa kasihan dan tak ingin menyakiti hati mereka.

Para tunanetra membekali diri mereka dengan kemampuan orientasi dan mobilitas atau OM. Keterampilan OM ini sangat penting untuk dapat membantu mereka dalam rangka mengoptimalkan fungsi panca indera lain sebagai pengganti mata untuk dapat menganalisa suatu kejadian di sekitar mereka. Seperti indera pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan.

Selain itu kemampuan orientasi dan mobilitas yang berhasil dipelajari oleh para tunanetra secara maksimal akan membantu meningkatkan kepekaan dan kecepatan mengolah seluruh informasi yang ada di sekitar mereka secara non visual. Selanjutnya kemampuan OM yang mumpuni dari para tunanetra tersebut akan membantu membentuk pola pikir dan kepribadian yang berkualitas. Mereka akan mampu menyesuaikan diri dengan orang-orang awas yang berada di sekitar mereka, tanpa adanya kendala yang berarti.

Dalam tayangan tersebut tengah diadakan kelas orientasi dan mobilitas bagi siswa tunanetra di Adi Gunawan Institute. Siswa yang bernama Ahmad sedang mengikuti observasi dan pengukuran tingkat kepekaan jari dalam sebuah papan Braille yang dipergunakan untuk mempelajari tulisan Braille untuk tingkat dasar. Kelak setelah menguasai tulisan Braille ia akan dapat membaca buku yang telah dicetak dalam format Braille sebagai salah satu sumber literasi pengetahuan dan informasi.

Sungguh mengagumkan! Keterbatasan pengelihatan tidak lantas membuat para tunanetra berhenti berjuang untuk dapat membaca dan menulis sama seperti orang-orang pada umumnya. Perjuangan mereka tidak hanya sampai di sini saja. Kemajuan teknologi saat ini juga semakin mempermudah para tunanetra untuk dapat beraktifitas sehari-hari dengan menggunakan smartphone dan komputer secara mandiri. Wow, bagaimana bisa demikian? Ya, Saat ini telah dibuat software pembaca layar yang dapat dipasang pada seperangkat telpon pintar dan komputer. Dengan demikian para tunanetra dapat berkomunikasi secara mandiri dengan orang lain, serta dapat bekerja membuat sebuah dokumen atau mencari informasi di internet.

Selengkapnya tentang teknologi yang aksesibel bagi tunanetra tersebut, dapat di simak di :

Pada tayangan di atas, team dari  Adi Gunawan Institute yang beranggotakan para tunanetra sedang mendemonstrasikan cara menggunakan ponsel android dan komputer yang telah dilengkapi dengan software pembaca layar yang akan memberikan keluaran suara saat mereka menggunakan perangkat elektronik tersebut. Sungguh luar biasa bukan!

Dengan mempergunakan teknologi yang aksesibel tersebut, para tunanetra tidak lagi mengalami hambatan dalam mengikuti perkembangan zaman. Mereka dapat bekerja dengan memanfaatkan kemajuan teknologi serta dapat mengatasi segala hambatan yang ada terkait dengan indera pengelihatan. Mereka juga dapat dengan mudah mengakses segala informasi dan ilmu pengetahuan yang kelak akan membantu mereka dalam rangka peningkatan kwalitas dan kapasitas diri mereka untuk selanjutnya dapat memasuki dunia kerja yang kompetitif.

Seperti pada acara berikut ini saat salah seorang tunanetra anggota Adi Gunawan Institute yang bernama Andi Zulfajrin  tengah mengikuti lokakarya pemagangan yang berkualitas dalam dunia kerja bagi pemuda.

Selanjutnya adalah acara talkshow di sebuah radio RRI di Malang yang dihadiri oleh pendiri Adi Gunawan Institute, yaitu Adi Gunawan sebagai salah satu narasumber. Ia adalah tokoh tunanetra inspiratif yang dinilai turut serta dalam pembangunan masyarakat difabel yang inklusif di Malang Raya, serta mampu mendirikan sebuah lembaga yang memberikan kesempatan belajar dan berkarya bagi teman-temannya sesama tunanetra.

Kesimpulan

Setelah membaca ulasan di atas dapat kita simpulkan bahwa keterbatasan tidak menjadi alasan untuk para tunanetra untuk berdiam diri dan meratapi nasip mereka. Mereka terus berusaha dan berjuang untuk memperoleh taraf kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Kegelapan tidak membuat mereka berhenti untuk maju menggapai mimpi-mimpi mereka di masa mendatang. Mereka percaya dan optimis bahwa secercah cahaya akan menuntun mereka dan memberi harapan besar bagi perjuangan mereka. Bagaimana dengan kita?

Semoga ulasan di atas dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi kita semua. Salam Sukses!

Copyright © 2018, Adi Gunawan Institute | Powered by PT Valid Data Solusi