Beradaptasi dengan Kebiasaan yang Baru

Beradaptasi dengan Kebiasaan yang Baru

adigunawaninstitute.com - 11 Juni 2022

Kehidupan di dunia berubah dalam sekejap. Kebiasaan-kebiasaan baru mulai diterapkan. Meninggalkan kebiasaan lama yang masih sulit dilepaskan. Dari yang dahulunya bermobilitas lebih sering, sekarang apa-apa serba daring.

Dulu, HP digunakan untuk berkomunikasi. Kini, HP menjadi alat untuk bertransaksi dan bersosialisasi. Manusia lebih mengenal beranda sosial medianya dengan orang -orang dari berbagai wilayah. Sedangkan, menjadi kaku saat berbincang dengan tetangga di beranda rumah. Itu semua bermula dari makhluk kecil yang bertandang ke bumi lalu menggegerkan penduduknya. Makhluk kecil yang bahkan tak terlihat dengan mata telanjang, tapi mampu membuat segala di sekitarnya terguncang.

Siswa tak boleh ke sekolah. Para pekerja lebih sering di rumah. Bahkan, ditutupnya tempat-tempat ibadah. Rumah menjadi tempat multi fungsi berbagai kegiatan. Awal-awal, masih terasa menyenangkan dan berpikir positif seraya terus berdoa. Akan tetapi, lama-lama, terasa membosankan, dan banyak orang mulai tak percaya. Semakin lama, semakin terasa seperti paradoks.

Pandemi ini memang sangat berdampak bagi kehidupan. Untukku, dampak yang kurasakan kurang lebih sama dengan orang-orang. Sebagai seorang pelajar, dampak yang paling terasa adalah mengenai sekolah.

Saat awal-awal pandemi, saat maraknya firus korona di Indonesia, sekolah-sekolah menerapkan pembelajaran jarak jauh [PJJ], termasuk sekolahku. Aku dan teman-teman menjalani PJJ hampir dua tahun. Hingga lupa rasanya sekolah. Menurutku, sekolah daring tidak terlalu efektif. Aku tidak dapat belajar secara maksimal. Terlebih, aku siswa tunanetra yang bersekolah di sekolah inklusi, jadi ada beberapa hambatan saat mengikuti PJJ. Seperti kesulitan mengakses materi dalam bentuk foto dan file yang tidak bisa dibaca oleh pembaca layar, video pembelajaran yang kebanyakan animasi dan gambar, serrta penjelasan guru yang kurang maksimal. Hingga terkadang, aku mencari materi sendiri yang dapat kuakses. Selain itu, tugas-tugas yang setiap hari diberikan, mungkin juga dapat memunculkan stress. Semua itu, kujalani dengan terus menyemangati diri. Ini semua demi cita-cita dan masa depan. Syukurlah, sekarang sudah mulai melakukan pembelajaran secara tatap muka walau terbatas.

Selain sekolah, aktifitas bersosialisasi serta berinteraksi secara langsung teramat terhambat. Lagi-lagi, semuanya harus dilakukan di rumah. Hari-hari hanya di rumah, dengan rutinitas membosankan. “Menyebalkan!” Aku yang senang berkegiatan di luar, berkumpul dengan teman-teman, dipaksa untuk diam di rumah. Namun, bagaimana lagi? Memang harus begitu. Selelah dan sejenuh apapun, harus dilakukan demi melindungi diri serta keluarga.

Dari berbagai dampak tidak mengenakkan yang terjadi, ada beberapa manfaat yang diperoleh saat pandemi. Untuk mengusir kejenuhan serta menambah pengalaman, aku mengikuti berbagai kegiatan online yang tersebar luas di sosial media. Pandemi mendorong orang untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kegiatan yang dulunya dilakukan secara offline, sekarang diselenggarakan lewat daring. Hal ini memberikan lebih banyak kesempatan siapa saja dan dari mana saja untuk berpartisipasi. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya, serta pandai melihat peluang.

Aku salah satu orang yang tidak mau ketinggalan kesempatan begitu saja. Jadi, setiap mendengar info tentang webinar, lomba, atau kelas online, aku sebisa mungkin mengikutinya sesuai minat dan bakat yang kumiliki. Hingga sekarang, banyak lomba, webinar dan kelas online yang telah kuikuti. Dari berbagai penyelenggara. Banyak pengalaman juga pembelajaran baru yang kudapat dari mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Memanglah, kalau tidak mencoba, kita tidak akan menang. Setidaknya, menang melawan kemalasan serta keraguan dalam diri. Tak apa meski gagal, kita tetap mendapat pengalaman yang membantu meraih kemenangan di suatu hari nanti.

Aku juga menemukan teman-teman dari berbagai daerah. Dari mereka, aku dapat belajar banyak hal. Mengenal orang-orang dengan berbagai sifat dan karakter, meski hanya lewat daring. Juga mengenal diri sendiri. Memahami diri, menerimanya, lalu mencintai diri sendiri. Itu yang lebih utama.

Aku senang mempelajari psikologi, dan aku mengikuti komunitas-komunitas psikologi online. Dari sana, aku mengerti. Bahwa mencintai diri sendiri itu sangat perlu. Itu tandanya, kita menerima diri kita seutuhnya. Baik itu kekurangan, maupun kelebihan. Sebab, itu tidak bisa dipisahkan dari diri kita. Jika kita saja belum mau menerima diri sendiri, bagaimana orang lain bisa menerima diri kita? Jadi, pandemi ini memberiku banyak pelajaran.

Lelah, sedih, bosan, jenuh, itu sering kurasakan. Namun, aku menerimanya. Kubiarkan diriku merasakan itu semua, karena untuk dielak, itu tidak bisa. Namun, setelah itu, kuajak diriku untuk bangkit kembali, melanjutkan perjalanan panjang ini. Apabila jenuh dan bosan, mencari hal-hal yang mampu mengusirnya. Jika lelah, maka kuistirahatkan tubuh, pikiran dan mentalku sejenak, sampai terisi lagi energi.

Menulis, menjadi pelarianku saat tak kuat lagi menahan luapan perasaan. Membaca, menjadi salah satu energi tambahan untuk melanjutkan perjuangan. Menonton video motivasi, salah satu yang mengisi semangat.

Sampai sini, aku berharap, semoga pandemi ini segera berakhir. Agar berkurang rasa kebosanan, kejenuhan, dan ketidak pedulian dalam diri setiap orang.

HAND AGI - Shelvy - Fix

Penulis : Shelvy Eightiarini

Editor : Team Redaksi Adi Gunawan Institute dan Hand International Foundation

Artikel ini adalah salah satu dari lima karya tulis para tunanetra dan low vision yang terpilih dari acara Lomba Karya Tulis Inspiratif, hasil kerjasama Hand International Foundation bersama Adi Gunawan Institute.

Bagi Anda yang ingin bekerja sama dengan Adi Gunawan Institute untuk menyediakan kesempatan belajar dan berkarya bagi para tunanetra, dapat langsung menghubungi kami melalui LINK BERIKUT!

Mari bergabung bersama Adi Gunawan Institute dalam memberikan kesempatan belajar dan berkarya bagi para tunanetra di berbagai bidang.

Dukungan dapat diberikan dengan cara berdonasi melalui LINK BERIKUT!

Leave a Reply

Copyright © 2018, Adi Gunawan Institute | Powered by PT Valid Data Solusi