AGI, LITERASI, DAN PENGUATAN KUALITAS DIRI MEREKA YANG TAK BERVISUALISASI

AGI, LITERASI, DAN PENGUATAN KUALITAS DIRI MEREKA YANG TAK BERVISUALISASI

adigunawaninstitute.com - 19 Jan 2022

Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Bertolak dari ungkapan seorang maestro sastra tersebut, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa menulis itu adalah sesuatu yang sangat penting. Kita juga pasti tidak akan pernah mengenal mutu dari sebuah bacaan mengenai sejarah dan bagaimana peradaban terdahulu andai saja semua kejadian lampau tersebut tak pernah terekam melalui tulisan.

Namun, apakah sebuah tulisan dapat bermutu dan dapat dilestarikan bila kita sebagai generasi muda, terutama kalangan muda dari disabilitas netra tidak ada ketertarikan pada dunia tulis menulis atau literasi? Pada hakikatnya, Literasi harus dipahami secara kompleks dan dinamis. Namun, sering kali karena awamnya generasi muda disabilitas netra, maka pemahaman mereka tentang literasi terbatas hanya pada kegiatan tulis menulis dan membaca semata.

Kali ini, mari kita mengulas mengenai apa itu literasi dan apa urgensinya bagi disabilitas netra.

Menurut Elizabeth Sulzby, seorang professor dari University of Michigan, literasi adalah sebagai kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi; membaca, berbicara, menyimak dan menulis.

Selain itu, beberapa institusi dunia juga memiliki pendefinisian mengenai dunia literasi. Berikut ini adalah beberapa di antaranya.

1. National Institute for Literacy
National Institute for Literacy memberikan pemahaman bahwa literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Pemahaman ini memposisikan literasi secara kontekstual lingkungan. Tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis, tetapi juga merespon lingkungan.

2. UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization)
UNESCO merupakan organisasi yang berada di bawah payung PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa). Organisasi internasional ini bergerak khusus menangani bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan. UNESCO memberikan pengertian literasi sebagai seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh, siapa yang memperoleh, dan bagaimana cara memperolehnya.

3. Education Development Center (EDC)
Education Development Center (EDC) memahami literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Sejalan dengan kemampuan tersebut, ketika seseorang dapat memaknai literasi, seseorang dapat membaca dunia

Lalu, Mengapa Literasi Penting Bagi Disabilitas Netra?

Menurut Adi Gunawan (pendiri Adi Gunawan Institute), Literasi adalah sebuah usaha atau suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk dapat menggali informasi, mencari dan mendapatkan informasi yang diinginkan, serta informasi tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka sehari-hari. Literasi juga dapat bermakna sebagai suatu usaha atau upaya untuk memberikan informasi secara tertulis ataupun non-tertulis kepada orang-orang yang lainnya. Kemudian, bagi disabilitas netra itu tidak dapat dengan mudah mengakses informasi yang ada, sehingga pentingnya literasi untuk dapat dihidupkan bagi disabilitas netra agar mereka dapat mengakses informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan. Dengan berliterasi, maka akan terlahir generasi-generasi disabilitas netra yang memiliki pola pikir yang baru dan berorientasi kepada kemajuan dan perubahan.

Kemudian, menurut Pungky Wardhani seorang perempuan disabilitas netra total (Salah satu klien Adi Gunawan Institute dari program pelatihan), Literasi adalah sebuah proses memahami suatu hal dari proses melihat, mendengar, merasakan, memikirkan, untuk membuka perspektif atau pengetahuan baru dalam diri seseorang untuk dunia.

Kita telah membahas pengertian literasi dan urgensinya bagi disabilitas netra, kemudian yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana akses literasi bagi generasi muda, terutama generasi muda disabilitas netra? Disinilah dibutuhkan peranan penting sebuah lembaga yang dapat mewadahi minat literasi generasi muda, terlebih bagi generasi disabilitas netra.

Berangkat dari kompleksitas yang terjadi pada disabilitas netra, terutama pada bidang literasi, maka Adi Gunawan Institute hadir menjawab persoalan tersebut.
Sesuai dengan visi & misi didirikannya lembaga ini.

Adapun visi dari Adi Gunawan Institute adalah sebagai berikut :

  • Membuat sebuah lembaga belajar atau institute bagi difabel netra di kota Malang. Di dalam lembaga belajar tersebut akan diajarkan mengenai kemandirian seorang difabel netra, di antaranya adalah orientasi dan mobilitas,serta teknologi yang dapat dipergunakan untuk menunjang seluruh aktifitas sehari-hari. Serta hal-hal lain yang terkait dengan kehidupan difabel netra.
  • Menyediakan lapangan pekerjaan bagi difabel netra untuk dapat berkarya ataupun menyalurkan keterampilan dan kemampuan mereka. Secara khusus di bidang informasi dan teknologi.
  • Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat luas tentang kehidupan para difabel netra, serta berbagai potensi positif yang dimiliki.

Kemudian, Misi Adi Gunawan Institute, antara lain:

  • Mendirikan sebuah lembaga belajar resmi yang bernama Adi Gunawan Institute di Kota Malang.
  • Bekerja sama dengan berbagai organisasi sosial kemasyarakatan, instansi pendidikan atau perguruan tinggi, lembaga pemerintah atau suasta untuk dapat mewujudkan tujuan dan cita-cita Adi Gunawan Institute.
  • Bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengadakan sosialisasi, pelatihan, dan kegiatan positif lainnya untuk memajukan taraf kehidupan difabel netra.

Melalui visi misi dari Adi Gunawan Institute yang telah disebutkan di atas, maka tidak heran bila Adi Gunawan institute kemudian menjadi salah satu lembaga disabilitas yang sangat diperhitungkan di daerah Malang Raya, karena lembaga ini telah memberi bukti nyata, bahwa disabilitas netra juga dapat belajar dan berkarya melalui kemampuan literasi. Adi Gunawan Institute selalu mendorong peningkatan literasi disabilitas netra melalui pemanfaatan teknologi akses secara mandiri, yang kemudian tidak hanya meningkatkan tingkat literasi disabilitas netra dalam huruf braille, tetapi juga meningkatkan literasi teknologi para disabilitas netra tersebut.

Langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Adi Gunawan Institute harus terus kita dukung dan sebarkan seluas-luasnya, agar pengetahuan mengenai minat literasi generasi muda, terutama generasi muda disabilitas netra itu sendiri dapat kembali digaungkan dan dapat digalakkan lagi. Karena pada dasarnya, dengan semakin majunya teknologi, maka disabilitas netra semakin terbantu dalam hal akses literasi. Penulis berkeyakinan bahwa dengan peningkatan literasi yang dilakukan oleh Adi Gunawan Institute untuk disabilitas netra, maka perlahan para disabilitas netra akan semakin maju dan tidak tergilas oleh waktu.

Karena pada hakikatnya, menjadi disabilitas netra itu bukanlah pilihan, melainkan penerimaan terhadap kondisi yang dialami. Menjadi seorang disabilitas itu adalah keputusan seseorang yang kemudian tidak hanya terfokus pada keterbatasan pengelihatan yang mereka miliki, namun juga bagaimana mereka memaksimalkan segala kemampuan yang mereka punya untuk semakin memacu diri sebagai sosok disabilitas netra yang literatif dan adaptif dengan konteks kekinian. Semua hal tersebut diterapkan dan diajarkan oleh Adi Gunawan selaku pendiri Adi Gunawan Institute, yang dengan gigihnya selalu berupaya memperjuangkan perbaikan hidup disabilitas netra melalui penguasaan teknologi akses dan kemampuan yang literatif, yang bermuara pada terciptanya generasi muda disabilitas netra yang memiliki kemandirian dan kualitas setara dengan yang non-disabilitas netra.

Menutup tulisan ini, penulis kembali mengutip kata-kata dari Pramoedya Ananta Toer,
“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

Foto penulis - Andi Zulfajrin Syam

Penulis: Andi Zulfajrin Syam

Salah satu klien tunanetra Adi Gunawan Institute di program pelatihan dan kelas beasiswa

Editor: Team Redaksi Adi Gunawan Institute

Artikel INI DIPRODUKSI dari program Literasi Tunanetra AGI, hasil kerjasama Adi Gunawan Institute dengan Hand International Foundation.

Leave a Reply

Copyright © 2018, Adi Gunawan Institute | Powered by PT Valid Data Solusi